Minggu, 25 Januari 2015

KA Banjar-Pangandaran akan di hidupkan kembali


Rumor rencana Pemerintah Kabupaten Ciamis untuk membangun dan menghidupkan kembali jalur kereta yang menghubungkan Kota Banjar dan Pangandaran sudah terdengar dari dulu, dikutif dari Harian Pikiran Rakyat artikel ini dimuat sebagi berita pada edisi 15/05/2004.
Bila rencana Pemkab Ciamis menghidupkan kembali perjalanan KA Banjar-Pangandaran menjadi kenyataan bisa dipastikan akan menyulut denyut kehidupan baru wilayah Priangan Timur. Dari sisi transportasi jelas ada alternatif angkutan, terlebih bagi sektor pariwisata yang ujungnya berdampak positif bagi sektor lainnya termasuk kesempatan berusaha bagi masyarakat. Rencana Pemkab Ciamis tersebut merupakan salah satu poin dalam Rencana Strategis (Renstra). Meski pembahasan dgn PT KAI belum sampai titik final, jelas sejumlah warga menyambut baik rencana itu.
Jalur KA Banjar-Pangandaran-Cijulang diperkirakan beroperasi dari thn 1921 terpaksa ditutup di era thn 1980 karena PJKA menanggung rugi shg pengoperasian harus dihentikan diawali dgn penghentian jurusan Cijulang terlebih dahulu.
Dalam rentang waktu 20 thn sejak operasional KA dihentikan, praktis tiada lagi pemeliharaan atas asset yg ditinggalkan berupa jalur KA sehingga menjadi terlantar. Saat ini jalur baja di jalur itu hanya tinggal sebagian yang masih ada, sebagian berubah fungsi menjadi lahan tanaman palawija oleh warga seputar rel KA. Sejumlah stasiun kecil hanya meninggalkan plang nama, bahkan bekasnya saja. 
Sebuah gerbong tua dalam keadaan rusak bertengger di depan halte (stasiun kecil) Kalipucang menjadi pelengkap cerita para orang tua kepada generasi mendatang bahwa di masa silam pernah beroperasi KA Banjar-Pangandaran. Sejumlah terowongan tanpa rel baja hilang entah kemana, demikian juga sejumlah jembatan keadaannya sudah tidak utuh lagi. Kondisi itu menjadi saksi bisu ttg kisah masa jayanya KA Banjar-Pangandaran, sejak ditarik lokomotif “Si Kuik” hitam legam buatan Jerman atau lokomotif diesel penggantinya.
KA pada masa itu selain menjadi alat transportasi andalan dan sahabat karib masyarakat dari segala tingkatan usia dan status sosial di kala suka dan duka. Didaerah Kalipucang terdapat terowongan Phillip dgn panjang 105m, Bengkok panjang 147m dan Wilhelmina paling panjang mencapai 1116m dibangun tahun 1921, sedangkan jembatan yang dilalui adalah Cikacepit, Cimandala, Pangbokongan dan yg lainnya. “Perjalanan dari jembatan Pangbokongan sampai Ciputrapinggan, jalur KA berada di bibir bukit dan pinggir laut, shg para penumpang bebas menangkap panorama alam yg terhampar luas” ujar Drs. Dede Heru Susanto, anggota DPRD Ciamis asal Kalipucang. 
Toha Holil, warga Cisaga mengenang bangku tempat duduk para penumpang dlm setiap gerbong ada 3 jajar terbuat dari kayu. Setiap stasiun yg disinggahi dijumpai penjaja makanan yg jenisnya berbeda. Di stasiun Banjarsari dijajakan rebus biji nangka dan buah nangka dlm bungkusan kecil. Di stasiun Padaherang dijajakan nasi bungkus dgn lauk-pauk goreng ikan gabus, lele dan jenis ikan rawa lainnya lengkap dgn sambal tempe, sedangkan di stasiun Kalipucang dan Ciputrapinggan bakal dijumpai penjaja leupeut, kue serabi, gorengan udang serta rebus pisang. Bila kereta tiba mereka berlarian dan sebagian masuk sambil menawarkan dagangannya.
Dlm terowongan Sumber yg disebut juga Wilhelmina ada 27 titik tempat berlindung bagi pejalan kaki seandainya ada kereta datang. “Karena terowongan itu sangat panjang hingga jika melihat ke arah mulut terowongan depan besarnya spt ukuran toples” kenangnya.
Kadin Perhubungan Ciamis Drs. H. Eddy Sukirman berpendapat sekarang sudah saatnya untuk mengembangkan KA Wisata, dan diyakininya akan lebih hidup apalagi ditunjang oleh nuansa historis berupa jembatan dan terowongan yg sudah terbangun.
Presidium Yayasan Buana Raksa Ciamis, Djeni. R dan Deni. S menyebutkan jika mengamati kondisi jalur KA sebenarnya layak dihidupkan lagi, “Apalagi melihat hasil riset Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Yayasan Buana Raksa dan sebuah LPM di Jabar bahwa utk membangun kembali jalur KA ini dan perbaikan jembatan diperlukan dana sekira Rp 150 M” kata mereka.
Rencana menghidupkan kembali jalur KA ini sudah sering terdengar sejak lama. Begitu muncul keinginan itu, timbul soal klasik yaitu kesulitan dana atau tiadanya investor. Rencana menghidupkan kembali padam, lalu muncul lagi, begitu dst. Jangan sampai keinginan ini hanya sekedar membangkitkan romantisme di masa lalu, artinya bagaimana gebrakan Bupati Ciamis Engkon Komara dalam mewujudkan impian manis ini utk mendobrak pemerintah pusat atau mencari investor. 
Sumber (PRLM 15/05/04) 

7 Dampak Positif Bila Kereta ke Pangandaran Dihidupkan Kembali

7 Dampak Positif Bila Kereta ke Pangandaran Dihidupkan Kembali
Pernahkah anda membayangkan bagaimana bila kereta ke Pangandaran benar-benar hidup kembali? bayangan anda mungkin bisa saja terwujud mengingat wacana itu kembali menguat seiring terbentuknya kabupaten Pangandaran bahkan informasinya sudah ada dalam blueprint pembangunan nasional departemen Perhubungan. Bahkan baru-baru ini PT. Kereta Api bersedia menjadi operator dengan syarat ada sinergi antar pihak-pihak yang terkait yaitu pemerintah sebagai pihak yang menghidupkan kembali dan juga masyarakat.

Apa saja yah dampak positif yang dapat dirasakan bila jalur kereta Api ke Pangandaran kembali dihidupkan? inilah dampak positif yang dapat dirasakan bila jalur kereta Api ke Pangandaran kembali dihidupkan versi myPangandaran.

1. Kunjungan Wisatawan Semakin Tinggi
Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya jalan ke Pangandaran tidak nyaman sekali sehingga banyak wisatawan yang mengurungkan niatnya akibat rusaknya jalan, dengan adanya alternatif kereta Api yang sangat nyaman dipastikan kunjungan Wisatawan semakin tinggi


2. Pertumbuhan Ekonomi di Pangandaran
Dengan adanya transportasi alternatif dan banyaknya kunjungan wisatawan secara langsung dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Pangandaran, selain itu hasil industri rumahan berupa kerajinan dan yang lainnya dapat semakin mudah di distribusikan.


3. Muncul Pusat Keramaian Baru
Pusat keramaian yang ada saat ini kalau bukan Pantai dan Pasar adalah Terminal Bus, pusat keramaian ini tentu sangat berdampak positif bagi masyarakat karena banyak warga yang menggantungkan mata pencahariannya dari pusat-pusat keramaian, bila kembali di Jalankan maka banyak stasion kembali dibuka.

4. Keindahan Pangandaran Semakin Terungkap
Banyak yang tidak tau kalau sepanjang jalur kereta api menuju Pangandaran dan Cijulang dihiasi pemandangan yang menakjubkan, mulai dari terowongan, jembatan hingga rel kereta dibukit pinggir Pantai sehingga bisa melihat pemandangan ke lautan lepas.

5. Membuka Lapangan Kerja Baru
Pertumbuhan ekonomi yang baik, banyaknya pos-pos baru yang mesti diisi di lingkungan pemerintahan dan PT. Kereta Api sudah barang tentu menciptakan lapangan kerja baru, tentu harus diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.

6. Memacu Peningkatan Layanan di Moda Transportasi Lain
Layanan bus-bus ke Pangandaran dirasakan banyak orang sangat buruk dan masih jauh dari kata maksimal, mulai dari Jadwal yang tidak konsisten, pengemudi yang tidak baik dan armada bus yang sudah lawas, dengan adanya moda transportasi altenatif mau tidak mau operator bus di Pangandaran akan mendapat pesaing baru sehingga berusaha untuk memberikan layanan terbaik supaya pelanggan tidak lari.

7. Efesiensi Ekonomi untuk Wisatawan dan Warga
Kereta api masuk dalam moda transportasi masal, dimana setiap melakukan perjalanan kereta api selalu membawa ratusan orang sehingga menekan penggunaan Bahan Bakar Minyak, orang Jakarta Bandung dan siapapun yang menuju Pangandaran akan memilih Kereta Api, selain nyaman juga murah.

Tentu masih banyak lagi dampak positif lainnya yang dapat dirasakan. Menghidupkan kembali jalur kereta api ke Pangandaran bukan perkara mudah, tentu membutuhkan dana ratusan milyar bahkan mencapai triliunan, namun bukan sesuatu yang mustahil jika ada keinginan yang kuat dari berbagai pihak. Sumber Photo DuniaKita.com, irps.or.id, google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar